Dari AI hingga ASN Naik Bus, Wajah Baru Pengelolaan Lalu Lintas Jakarta

Jakarta News Terkini

Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung saat meninjau Intelligent Traffic Control System (ITCS), di Gedung Dinas Teknis Abdul Muis, Jakarta Pusat. Foto : Ist.

JAKARTA, MEDIAJAKARTA.COM- Dari balik jendela mobil yang terjebak di tengah deru mesin dan kepulan asap knalpot, panorama khas Jakarta kembali menampilkan wajah klasiknya: jalanan padat, klakson bersahut-sahutan, dan manusia-manusia tergesa di antara lautan kendaraan.

Kota megapolitan ini, yang menampung lebih dari 10 juta jiwa, kembali diuji oleh problem akut yang sudah berlangsung puluhan tahun: kemacetan.

Namun di tengah keruwetan itu, muncul semangat baru dari sosok Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung Wibowo, yang menekankan bahwa masalah kemacetan bukanlah soal siapa yang salah, tetapi soal siapa yang bisa bersinergi.

“Saya sama sekali tidak menyalahkan protokoler ataupun tamu negara. Ini bersifat temporer, situasional. Tapi memang harus lebih dikoordinasikan,” ujarnya saat melakukan kunjungan kerja di Jakarta Utara, Kamis (12/06/2025).

Ucapannya bukan sekadar basa-basi pejabat publik. Pramono mengaku pernah menjadi bagian dari masyarakat yang terjebak di arus lalu lintas karena kunjungan tamu negara. Ia tahu betul bagaimana frustrasi warga bisa mencapai puncaknya saat mobil tak bergerak selama berjam-jam. Tapi di balik itu semua, ia melihat peluang untuk memperbaiki.

Kota yang Tak Pernah Tidur, Tapi Sering Tersendat

Jakarta bukan sekadar ibu kota. Ia adalah organisme hidup yang berdetak tanpa henti. Tapi seperti tubuh yang kelelahan, ia sering mengalami penyumbatan. Banjir, kecelakaan, proyek pembangunan, hingga ketidakteraturan aktivitas manusia menjadi faktor yang memperberat beban jalan-jalan ibu kota.

Pramono menyadari kompleksitas itu. Ia memilih tidak mencari kambing hitam, tetapi merangkul semua pihak untuk duduk bersama. Sinergi menjadi kata kunci dalam narasi pembangunan transportasi yang ia bangun.

“Mudah-mudahan dengan kita sudah tahu akar masalahnya, secara bertahap bisa diselesaikan,” tuturnya dengan nada optimistis.

Teknologi Canggih untuk Kota yang Cerdas

Salah satu langkah konkret Pramono adalah memanfaatkan teknologi mutakhir. Kota Jakarta kini telah menggunakan kecerdasan buatan (AI) untuk memantau dan mengatur lalu lintas secara real-time. Kamera dan sensor di persimpangan penting bekerja seperti mata dan otak, membaca pola kemacetan dan memberikan data kepada pusat kendali lalu lintas.

Hasilnya cukup menggembirakan. Berdasarkan TomTom Traffic Index, Jakarta kini menempati posisi ke-90 kota termacet dari 386 kota dunia. Sebelumnya, pada 2023, Jakarta berada di posisi ke-30. Lonjakan 60 peringkat dalam satu tahun menjadi bukti bahwa sesuatu sedang berjalan ke arah yang benar.

Aturan Unik dan Solusi Lapangan

Selain AI, Pramono juga memberlakukan kebijakan unik namun bermakna: setiap hari Rabu, seluruh Aparatur Sipil Negara (ASN) DKI Jakarta diwajibkan menggunakan transportasi umum. Sebuah simbol yang menunjukkan bahwa perubahan harus dimulai dari dalam, dari para pengelola kota itu sendiri.

Tak hanya itu, proyek-proyek infrastruktur yang mangkrak atau tidak aktif juga mendapat perhatian serius. Ia meminta agar lokasi semacam itu segera ditertibkan agar tidak menambah beban kemacetan di jalan.

Jalan Masih Panjang, Tapi Arah Sudah Benar

Mengurai benang kusut kemacetan Jakarta memang bukan perkara semalam. Ia adalah perjuangan panjang, sebuah laga maraton yang butuh visi, kesabaran, dan keberanian. Pramono tampaknya memahami itu. Ia tidak menjual mimpi, tapi menunjukkan proses.

Dalam bayang-bayang gedung pencakar langit dan jalan layang yang menjulur ke langit, Jakarta sedang menata dirinya. Kota ini belum sempurna, tapi sedang berbenah — dan di bawah langit biru yang kerap berubah menjadi kelabu, harapan tetap tumbuh (Marwan Aziz).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *