Jakarta Terancam Tenggelam, KLH Bakal Evaluasi Penggunaan Air Tanah di DKI

Jakarta Lingkungan News Terkini
JAKARTA, MEDIAJAKARTA.COM – Kementerian Lingkungan Hidup (LH) mengambil langkah strategis dengan mengevaluasi penggunaan air tanah secara masif di DKI Jakarta, yang dinilai memicu turunnya permukaan air tanah dan memperburuk ancaman banjir rob di Jakarta Utara.

“Eksploitasi air tanah sudah cukup masif di Jakarta. Saya akan mengevaluasi ini,” ujar Menteri Lingkungan Hidup, Hanif Faisol Nurofiq, saat meninjau pengelolaan sampah di Terminal Terpadu Pulogebang, Jakarta Timur, Jumat (27/12/2024).

Hanif mengungkapkan bahwa masyarakat Jakarta terlalu bergantung pada air tanah, sementara sumber air lainnya, seperti 13 sungai utama di Jakarta, terlupakan dan dalam kondisi tercemar berat.

13 Sungai Tercemar, Eksploitasi Air Tanah Meningkat

Menurut Hanif, pencemaran di sungai-sungai utama Jakarta menyebabkan ketergantungan tinggi terhadap air tanah. Akibatnya, penurunan muka air tanah atau land subsidence mencapai 39 cm per tahun. Jika tren ini berlanjut, dalam 10 tahun permukaan air tanah akan turun hingga tiga meter.

“Dampaknya sangat serius. Ketika Kutub Utara mencair dan permukaan air laut naik, Jakarta menghadapi risiko banjir rob yang semakin parah. Air laut naik, sementara air tanah terus turun. Situasi ini memperbesar ancaman bagi masyarakat,” jelas Hanif.

Mangrove sebagai Solusi Mitigasi Banjir Rob

Untuk mengurangi dampak banjir rob, terutama di kawasan Jakarta Utara, Kementerian LH akan memprioritaskan rehabilitasi ekosistem mangrove.

“Langkah mitigasi dengan menanam kembali mangrove harus dilakukan serius. Vegetasi yang kuat akan membantu meminimalisir tekanan dari laut,” tambahnya.

Hanif menekankan bahwa perbaikan ekosistem mangrove hanyalah salah satu solusi jangka panjang. Upaya ini harus diimbangi dengan pengelolaan air sungai yang lebih baik, termasuk pemulihan kualitas air di 13 sungai utama Jakarta agar dapat dimanfaatkan kembali sebagai sumber air bersih.

Tantangan Keberlanjutan Jakarta

Eksploitasi air tanah yang berlebihan telah lama menjadi perhatian, terutama di kota dengan laju urbanisasi tinggi seperti Jakarta. Hanif menegaskan bahwa evaluasi kebijakan dan pengambilan langkah konkret harus segera dilakukan untuk menghindari dampak yang lebih besar.

“Kita tidak bisa mengorbankan masa depan Jakarta dan warganya. Langkah-langkah strategis harus segera diambil untuk memastikan keberlanjutan ekosistem kota,” tegasnya.

Dengan evaluasi yang komprehensif dan pendekatan mitigasi yang tepat, diharapkan ancaman turunnya permukaan air tanah dan banjir rob dapat ditekan, sehingga Jakarta dapat bertahan dari tantangan lingkungan yang semakin kompleks (Ant/MJ).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *