Berbicara di Forbes ICMI, Pramono Anung: Jakarta Harus Memiliki Identitas Kedaerahan yang Kuat Sebagai Kota Global

Uncategorized

Calon Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung ketika berbicara di Forum Bersama Organisasi Daerah (Orda) ICMI se-Jakarta Raya pada Rabu (13/11/2024) di Gedung Sasana Pakarti, Duren Tiga, Jakarta Selatan. Foto : Marwan Aziz/Mediajakarta.com.

JAKARTA, MEDIAJAKARTA.COM – Calon Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung, mengungkapkan visi besarnya untuk menjadikan Jakarta sebagai kota bisnis utama di Indonesia, sekaligus kota global yang memiliki identitas kedaerahan yang kuat.

Hal tersebut disampaikan Pramono ketika berbicara di hadapan warga Jakarta yang hadir diacara diskusi bertajuk Gerakan Pemilih Cerdas untuk menghadirkan wawasan baru dalam menentukan pilihan pada Pilkada 2024 yang digelar Forum Bersama Organisasi Daerah (Orda) ICMI se-Jakarta Raya  di Gedung Sasana Pakarti, Duren Tiga, Jakarta Selatan (13/11/2024). Acara tersebut dipandu Koordinator Forum Bersama Orda ICMI se-Jakarta, Rhesa Yogaswara, yang juga Ketua Umum Orda ICMI Jakarta Selatan.

Pramono menegaskan bahwa perubahan dari DKI ke DKJ ini akan mengubah wajah Jakarta secara signifikan. “Jika dulu Jakarta hanya dikenal sebagai ibu kota negara, tanpa memiliki identitas kedaerahan yang jelas, kini dengan Undang-Undang Daerah Khusus Jakarta (UU DKJ) No 2 Tahun 2024, Jakarta akan menjadi pusat perekonomian dengan identitas kebudayaan Betawi sebagai wajah utama kota ini,” ujar Pramono.

Menurutnya, budaya Betawi akan menjadi elemen yang tak terpisahkan dari citra Jakarta, bahkan dalam acara-acara besar, baik untuk tamu domestik maupun internasional. Wajah Betawi, seperti pantun, palang pintu, roti buaya, dan bir plotok, akan disajikan untuk memberikan kesan khas Jakarta.

Pramono juga menceritakan perjalanan pribadinya yang tidak pernah membayangkan akan maju sebagai calon gubernur. Setelah 25 tahun berkarier sebagai pejabat negara, termasuk menjadi pimpinan DPR, Sekretaris Presiden Megawati, dan dua periode Menteri Sekretaris Kabinet, ia mengaku awalnya menolak tawaran tersebut.

“Saya tidak pernah berpikir untuk menjadi gubernur, tetapi ini adalah amanah yang tidak bisa saya tolak. Awalnya saya tolak, bahkan saya adalah pendukung Mas Anies, tetapi akhirnya saya menerima ini sebagai bagian dari sejarah hidup saya,” tuturnya.

Dekat Anies

Pramono juga menceritakan kedekatannya dengan Anies Baswedan, yang telah terjalin lama dan personal. “Saya dan Mas Anies memiliki hubungan yang sangat dekat, bahkan saat anak saya lahir, yang sekarang jadi Bupati Kediri, ketika mau lahir saya berdua sama Mas Anies yang menungguhi. Jadi kalau bukan hubungan yang panjang, tidak mungkin ditungguhin berdua sama Mas Anies”kenangnya. Ia menegaskan bahwa hubungan pribadi tersebut tidak ada hubungannya dengan urusan politik.

Sejak memulai perjalanan kampanye, Pramono mengaku telah mengunjungi lebih dari 250 titik di berbagai daerah Jakarta, termasuk daerah-daerah yang sebelumnya tidak pernah ia bayangkan seperti di Tanah Abang, Tanah Tinggi, Tambora, Taman Sari, Pinangsiang dan banyak tempat di Jakarta,

Ia menyoroti masalah ketimpangan sosial yang mencolok antara kaya dan miskin di Jakarta, serta kondisi lingkungan yang sangat padat dan sempit. “Di Jakarta, ada gang-gang sempit yang tidak mendapat sinar matahari sama sekali. Jika saya terpilih menjadi gubernur, ini akan menjadi prioritas utama saya,” jelas Pramono.

Fokus Tangani Masalah Warga Jakarta

Dalam bidang kesejahteraan sosial, Pramono berkomitmen untuk melanjutkan program-program yang telah ada, seperti Kartu Jakarta Pintar, Jakarta Sehat, Kartu Lansia hingga program Jumatik.

Politisi PDIP itu menekankan bahwa solusi yang diusungnya bukanlah proyek besar dan bombastis seperti Ancol atau Dubai, melainkan penanganan masalah nyata yang dihadapi warga Jakarta sehari-hari.

Salah satu program yang akan ia tingkatkan adalah pengembangan Jakarta International Stadium (JIS). “JIS adalah program yang sangat bagus dari Mas Anies, tetapi masih ada masalah infrastruktur, terutama jalan akses menuju dan keluar JIS. Saya ingin memastikan bahwa jalan menuju JIS akan lebih mudah dan akses KRL akan diperbanyak,” ujar Pramono.

“Jalan ke JIS, masuk dan keluar ke JIS itu problem sekali, sehingga kemarin ketika ada nonton Dewa 19, Bruno Mars dan lain-lain, pulang pasti ngobel-ngobel karena jalan kaki lebih dari dua jam, sehingga dengan demikian begitu MRT sampai di Ancol tidak ke kiri ke Marina, tapi harus diarahkan ke kanan ke JIS, JIS naik ke Tanjung Priok, dan ini akan jadi jalur padat baru dan pasti menguntungkan, termasuk hal-hal lain misalnya KRL dari kota ke JIS, masak 30 menit sekali, kenapa tidak dilakukan tiga menit sekali, dan kalau itu dilakukan pasti banyak orang ke JIS,”tuturnya.

Yang tak kalah pentingnya menurut Pramono adalah JIS juga harus direnovasi atau disempurnakan, ada tempat berkumpul, hang out, tempat jual merchandise dan sebagainya. “Dan kalau itu dilakukan, maka JIS akan menjadi simbol legacy  baru dan Mas Anies akan terus dikenang oleh warga Jakarta,”ujarnya.

Ia juga menekankan perlunya perbaikan di Kali Jodoh dan Banjir Kanal Timur (BKT), serta melibatkan komunitas dalam pemeliharaan dan pengembangannya. “Termasuk Kali Jodoh yang dulu bagus, dari haram jadah menjadi tempat bagus, namun tidak dilanjutkan, sekarang jadi tempat remang-remang lagi, yang seperti itulah yang akan perbaiki bahkan melibatkan kelompok komunitas. Kali Jodoh peninggalannya Ahok, JIS peninggalannya Mas Anies, kemudian BKT yang peninggalannya bang Foke perlu kita sempurnakan. Dengan cara itu saya tidak secara bombatis menawarkan sesuatu terlalu berlebihan misalnya ada yang ingin memindahkan Balai Kota ke Jakarta Utara, itulah sampai 2 periode aja tidak akan selesai,”tuturnya.

Seraya menambahkan, pemindahan Ibu Kota Negara (IKN) saja sampai saat ini belum selesai. “Mungkin perlu 4-5 tahun lagi baru bisa pindahkan PNS ke sana,”ujarnya.

Buku Dari ICMI

Di akhir acara, petinggi Forum Bersama Organisasi Daerah (Orda) ICMI se-Jakarta Raya menyerahkan sebuah buku rekomendasi berjudul Gerakan Pemilih Cerdas, Dalam Upaya 5K (Kualitas Pikir, Kualitas Kerja, Kualitas Karya, Kualitas Hidup, dan Kualitas Iman & Taqwa) kepada Pramono Anung.

Buku ini menyoroti tiga aspek krusial pembangunan Jakarta:

  1. Aspek Posisi Jakarta sebagai kota global, termasuk hubungan dengan pemerintah pusat.
  2. Aspek Kenyamanan Hidup, seperti penanganan kemacetan, banjir, polusi udara, ketersediaan air bersih, dan perumahan layak.
  3. Aspek Kesejahteraan Masyarakat, meliputi pengurangan ketimpangan sosial, pemerataan layanan kesehatan, pendidikan, dan ekonomi.(Marwan Aziz)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *