JAKARTA, MEDIAJAKARTA.COM – Kualitas udara di Jakarta pada Sabtu pagi, 9 November 2024, tercatat masuk dalam 10 besar kota dengan kualitas udara terburuk di dunia, menempati urutan kesembilan.
Berdasarkan data dari situs pemantau kualitas udara IQAir, indeks kualitas udara (AQI) di Jakarta pada pukul 06.00 WIB mencapai angka 161, yang masuk dalam kategori “tidak sehat.”
Angka AQI 161 menunjukkan bahwa udara di Jakarta pada pagi tersebut berpotensi mempengaruhi kesehatan, terutama bagi kelompok sensitif seperti anak-anak, lansia, penderita penyakit pernapasan, serta hewan. Selain berdampak pada kesehatan, kualitas udara yang buruk juga dapat merusak tumbuhan dan mengurangi nilai estetika lingkungan sekitar.
Kota-kota dengan kualitas udara terburuk pada hari tersebut adalah:
- Lahore, Pakistan – 740 (kategori sangat berbahaya)
- Delhi, India – 330 (kategori sangat berbahaya)
- Beijing, Cina – 198 (kategori berbahaya)
- Hanoi, Vietnam – 184 (kategori berbahaya)
- Sarajevo, Bosnia – 179 (kategori berbahaya)
- Kampala, Uganda – 162 (kategori tidak sehat)
- Skopje, Makedonia – 161 (kategori tidak sehat)
- Jakarta, Indonesia – 161 (kategori tidak sehat)
- Mumbai, India – 152 (kategori tidak sehat)
Kualitas udara yang buruk menjadi perhatian serius karena dapat berdampak jangka panjang pada kesehatan masyarakat. Pemerintah dan masyarakat diharapkan semakin sadar akan pentingnya upaya pengendalian polusi udara untuk menciptakan lingkungan yang lebih sehat bagi warga kota.
Kualitas udara yang buruk sering kali dipicu oleh polusi kendaraan bermotor, pembakaran sampah, serta kegiatan industri yang menghasilkan emisi gas berbahaya. Oleh karena itu, penting untuk mengambil langkah-langkah mitigasi, seperti penggunaan transportasi ramah lingkungan, pembatasan aktivitas industri yang merusak lingkungan, serta pengelolaan sampah yang lebih baik.
Masyarakat dihimbau untuk tetap waspada dan menghindari aktivitas luar ruangan, terutama bagi mereka yang memiliki kondisi kesehatan tertentu. Pemantauan dan pengelolaan kualitas udara yang lebih baik diperlukan agar kualitas hidup masyarakat Jakarta dapat meningkat (Ant/MJ)