Museum Fatahillah. Wikipedia.
JAKARTA, MEDIAJAKARTA.COM – Anggota Komisi E DPRD DKI Jakarta, Indrawati Dewi, menyatakan dukungannya terhadap penerapan fumigasi dalam perawatan museum di Jakarta. Menurutnya, fumigasi tidak hanya penting untuk menjaga kebersihan gedung dan koleksi museum agar lebih menarik bagi pengunjung, tetapi juga sebagai bentuk apresiasi terhadap museum dan benda-benda peninggalan sejarah di dalamnya.
“Ada beberapa museum yang berlampu redup sehingga masyarakat menganggap museum tersebut angker dan menyeramkan. Dengan fumigasi, museum lebih segar,” ujar Indrawati Dewi dalam keterangannya di Jakarta, Selasa.
Staf Bagian Koleksi dan Reparasi Museum Sejarah Jakarta, Khasirun, juga mendukung perawatan museum melalui fumigasi. Menurutnya, metode ini sangat efektif untuk mensterilkan museum dari ancaman serangga, rayap, dan tikus yang dapat merusak bangunan dan koleksi museum.
“Karena pertumbuhan serangga ini sangat cepat dan dalam waktu singkat bisa jadi jutaan serangga berkembang,” jelas Khasirun.
Museum Sejarah Jakarta, yang terletak dekat pantai utara Jakarta, memiliki kadar air tanah yang tinggi. Hal ini menyebabkan tingkat kelembapan struktur bangunan museum juga tinggi, yang pada gilirannya mempercepat perkembangbiakan serangga dan rayap.
Senada, Staf Bagian Koleksi dan Reparasi Museum Sejarah Jakarta Khasirun berpendapat perawatan salah satunya dengan fumigasi bermanfaat untuk mensterilkan museum dari ancaman serangga, rayap, dan tikus yang merusak bangunan dan koleksi museum.
“Karena pertumbuhan serangga ini sangat cepat dan dalam waktu singkat bisa jadi jutaan serangga berkembang,” ujarnya.
Museum Sejarah Jakarta, sambung Khasirun, berada tak jauh dari pantai utara Jakarta, membuat kadar air di dalam tanah area berdirinya museum cukup tinggi. Kondisi ini memicu tingkat kelembapan struktur bangunan museum menjadi tinggi sehingga berdampak pada perkembangbiakan serangga dan rayap.
Dia menuturkan petugas melakukan fumigasi pada 24 ruangan yang terdapat di Museum Sejarah Jakarta serta barang-barang di sana seperti lemari, tempat tidur, meja, dan kursi karena rentan digerogoti serangga dan rayap, setidaknya setiap empat tahun sekali.
Lalu, untuk koleksi seperti lukisan yang dinilai rentan ikut terkena zat kimia, maka bisa dibungkus dengan menggunakan plastik khusus.
“Idealnya, fumigasi dilakukan setiap tahun. Karena, pertumbuhan bakteri dan rayap cepat sekali. Kalau dibiarkan, kerugiannya justru bisa lebih besar lagi. Karena, ini menyangkut cagar budaya dan barang bersejarah,” tutur Khasirun seperti dikutip Mediajakarta.com dari Antara (29/05/2024).
Di sisi lain, berbicara kondisi museum di Jakarta, pendiri Komunitas Sahabat Museum Ade Purnama berpendapat, satu hal yang paling disoroti yakni aspek kebersihan. Menurut Ade, kondisi toilet di sejumlah museum cukup memprihatinkan sehingga perlu menjadi perhatian.
“Hal itu tentu sangat berpengaruh pada citra museum tersebut. Karena, citra museum dinilai secara keseluruhan,” demikian kata dia yang membentuk Komunitas Sahabat Museum sejak 2002 itu (Ant/MJ)