Bertahan di Era Pandemi “Pasti Ada Jalan”

Headline Indeks Indonesia Jakarta News Terkini

Jekson Simanjuntak

JAKARTA, MEDIAJAKARTA.COM — Sore itu, Abdul Rohman (30) baru saja selesai mengantarkan pesanan. Di posko berukuran 3×1 meter itu, dia duduk sendirian sambil mengutak-atik hape. Sesekali ia menyeruput kopi hitam yang dipesannya dari warung sebelah.

“Tadi saya baru antar food dari Kalibata Timur. Saya gak tahu isinya apa,” katanya.

Di posko yang disebut base camp itu, Rohman menghabiskan waktu sembari menunggu orderan selanjutnya. Tak lama berselang, sesama driver lintas aplikasi berkumpul. “Ramainya disini kalau sore. Banyak yang istirahat,” ujarnya.

Abdul Rohman (30) warga Mampang Prapatan II, Jakarta Selatan memilih pekerjaan sebagai driver online karena alasan lebih fleksibel dari sisi waktu. (Sumber: Jekson Simanjuntak)

Namun seramai-ramainya driver yang datang, menurut Rohman, tak sampai 10 orang. Di posko itu pergerakan driver sangat tinggi. Maklum ancaman Covid-19 masih tinggi dan kebanyakan driver menghindari kerumunan.

Lokasinya cukup strategis karena berada di ujung Jalan Mampang Prapatan IV dan berbatasan dengan Jalan Buncit Raya, membuat pergerakan para driver lebih leluasa. Kawasan itu juga dikenal sebagai wilayah padat penduduk dan tak pernah sepi pesanan.

“Kita gak nunggu lama, orderan langsung masuk, karena disini banyak yang pesan,” ucapnya.

Di masa pandemi seperti sekarang ini, Rohman mengakui jika kondisi kendaraan merupakan item yang harus diperhatikan. Itu dilakukan demi menjamin keselamatan saat berkendara.

“Ya namanya hidup di jalan, kesehatan motor tetap yang utama,” tuturnya.

Sejak bergabung sebagai mitra Gojek, Rohman rutin mengecek kondisi motor di bengkel langganan. Setidaknya, sekali dalam sebulan ia mengganti oli dan melakukan tune up.

“Karena jarak tempuh lumayan jauh, maka ganti oli menjadi penting. Biar stamina motor tetap terjaga,” katanya.

Berdasarkan pengalaman, jika motor rutin di-service, Rohman tidak mengalami mogok. Motornya selalu siap menemani, kemana pun dia pergi. “Gak, gak pernah ngadat. Paling kendala kalo bocor ban dan lampu mati,” ujarnya.

M. Irvan (sebelah kanan), driver gojek berlevel platinum sehabis bekerja mengantar makanan. Sembari menunggu orderan selanjutnya, ia mampir di base camp. (sumber: Jekson Simanjuntak)

Hal serupa diamini M. Irvan (40), mitra gojek berlevel platinum yang tiba di base camp 15 menit kemudian. Selama lima tahun menjadi driver online, dia mengaku, motornya baik-baik saja.

“Yang dilakukan hanya perawatan rutin setiap bulan,” tegasnya, sembari menjelaskan bahwa dalam sehari minimal ia menerima 18 orderan.

Bahkan jika sedang ramai bisa mencapai 20-25 orderan dalam sehari. Tak heran jika motornya jarang berhenti lama. “Itu kadang motor istirahatnya sebentar doang. Sebentar-sebentar nyala lagi,” ungkapnya.

Rico Zamhari (35), driver online asal Depok yang sering keluar masuk Jakarta. (sumber: Jekson Simanjuntak)

Banyaknya orderan yang masuk juga diakui Rico Zamhari (35), driver online yang datang duluan sebelum Irvan. Sejak menjadi mitra Gojek empat tahun lalu, ia tidak pernah menolak pesanan. Sebisa mungkin akan diambil.

“Jika sempat melewatkan orderan, kita akan menunggu cukup lama. Terkadang 2-3 jam baru ada lagi,” katanya.

Rico juga mengatakan, selama di jalan masalah pasti ada. Masalah itu berasal dari eksternal maupun internal pengemudi. Internal karena kelelahan dan salah membaca peta, misalnya.

“Kadang yang namanya hidup di jalan trouble pasti ada. Tapi untuk ban bocor hingga lampu mati, itu sudah sering. Itu yang dari eksternal,” paparnya.

Selain itu, kejadian motor mogok jadi hal yang paling jamak ditemui. Jika demikian, Rico segera mengabari pelanggan soal peristiwa tersebut. “Biar customer tidak kecewa. Kita juga hubungi teman untuk minta diantarin jika kebetulan membawa food. Solusinya seperti itu,” terangnya.

Di posko yang sederhana ini, para mitra gojek online memanfaatkan waktu sembari menunggu orderan selanjutnya. (sumber: Jekson Simanjuntak)

Sebagai mitra Gojek, dia mengingatkan konsep “No work, no pay“. Oleh sebab itu, setiap orderan yang masuk harus direspons dengan baik. Jangan pernah melewatkan pesanan, karena akan berdampak terhadap performa akun di aplikasi.

“Seandainya dilewati satu, turunnya 50%, makanya harus dijaga performanya,” ujar warga Depok itu.

Masa Pandemi

Di musim pandemi Covid-19, Irvan punya strategi khusus agar bisa menyambung hidup di Jakarta. Sejak Covid-19 mengganas, ia memilih sebagai pengantar makanan (GoFood). Menurutnya, risiko yang dihadapi tidak sebesar jika mengangkut penumpang.

“Sekarang saya mainnya food, jadi keselamatan yang diperhatikan adalah keselamatan dari makanan yang dibawa,” ujarnya.

Ilustrasi layanan Gojek untuk memudahkan masyarakat mendapatkan jasa transportasi yang cepat dan aman. (sumber: Gojek)

Dia juga melengkapi diri dengan sejumlah hal untuk menunjang protokol kesehatan (Prokes). Sejauh ini, Irvan menerapkan prokes ketat dengan 5M, yakni memakai masker, mencuci tangan pakai sabun, menghindari kerumunan, menjaga jarak, dan membatasi mobilitas.

“Membatasi mobilitas mungkin sulit, karena kita bergerak terus. Tapi karena kita bawanya makanan atau minuman dan tidak kontak langsung, jadi kita terhindar,” ucapnya.

Saban hari, Irvan selalu menyediakan masker, sarung tangan, hair net dan hand sanitizer di motornya. Semua dia upayakan sendiri, meskipun di waktu-waktu tertentu Gojek menyediakannya.

“Kalo nunggu dari Gojek kadang lama, sementara kita butuhnya segera,” katanya.

Sama seperti Irvan, Rohman melakukan hal serupa. Sebelum berangkat, ia pasti menyiapkan masker, sarung tangan, hair net, hand sanitizer dan desinfektan di tasnya. Benda-benda itu sangat dibutuhkan saat ini. “Maklum jumlah kasus masih tinggi dan gak tahu kapan berakhir,” ujar warga Mampang Prapatan II itu.

Situasi tersebut yang membuat Rohman lebih memilih sebagai pengantar makanan ketimbang membawa penumpang. Sebelumnya, dia masih membawa penumpang dan makanan. Hanya saja, sejak Covid-19 merebak, permintaan terbanyak justru datang dari food.

“Waktu itu orderan membawa orang sepi, sementara pesanan makanan banyak. Jadi saya lebih fokus ke makanan,” ujarnya.

Rohman juga beranggapan, kesempatan mengambil order makanan membuatnya terhindar dari infeksi Covid-19. “Alhamdullilah sejak awal sampai sekarang aman-mana saja. Mungkin karena tidak bertemu banyak orang dan saya juga sudah vaksin.” katanya.

Pandemi juga membuat Rico memutar akal. Sepinya penumpang di awal-awal Corona sempat membuatnya beralih ke GoFood. Alasannya demi menghindari tertular Covid-19.

“Daripada membawa customer (pelanggan) yang notabene lebih cepat penyebaran virusnya, saya mending bawa yang bukan orang; food atau paket,” ungkapnya.

Berbeda dengan Rohman dan Irvan, saat ini Rico masih bersedia mengangkut penumpang. Pasalnya, dia tidak ingin menyia-nyiakan peluang. Selama ini, persentase mengangkut orang dan barang (GoSend dan GoFood) sama besarnya.

“Prosentase sama-sama 50%. Jadi ngapain ditolak,”katanya.

Untuk membawa penumpang dibutuhkan penanganan dan kesabaran ekstra. Salah sedikit, reputasi dan performa jadi taruhan. “Kita takut ancamannya pak. Kita bawa kencang salah. Kita bawa pelan, kalo dia lagi buru-buru juga salah,” ungkapnya.

Khusus terkait kecepatan, Gojek punya aturan tersendiri yang harus dipatuhi. Driver yang kedapatan berkendara melebihi batas maksimum akan mendapatkan notifikasi di akunnya.

“Perusahaan tahu jika kita melebihi batas yang ditentukan. Kan terlihat dari aplikasi,” kata Rico yang bergabung dengan Gojek di akhir 2017.

Batas kecepatan yang dimaksud, tidak boleh melebihi dari 40 Km/jam. Jika kedapatan melebihi batas lebih dari sekali, akunnya berpotensi di-suspend (ditangguhkan).

“Ada notifikasi dengan tulisan Anda terindikasi melebihi batas yang ditentukan. Risikonya kita kena suspend. Jadi simalakama juga,” ungkap Rico.

Kelengkapan K3 Standar

Bagi Rohman, kelengkapan standar saat berkendara haruslah dipenuhi dan tidak bisa dianggap sepele. Item-item seperti helm, sarung tangan, sepatu dan jaket (atribut) wajib digunakan saat bekerja. Hal itu penting untuk mendukung keselamatan dan kesehatan Kerja (K3).

Sejak menjadi mitra Gojek setahun silam, Rohman telah menerima dua buah helm dan dua unit jaket berlogo Gojek. “Kita dianjurkan pake atribut (jaket). Kalo gak pake ngeri-ngeri sedap di komplain customer. Selain itu, sepatu wajib hukumnya. Tidak boleh pakai sandal ” katanya.

Aktivitas di Posko J3K (Jaga Kesehatan, Kebersihan dan Keamanan) dapat dimanfaatkan oleh driver online untuk mengukur suhu sebelum beraktivitas. (sumber: Gojek)

Khusus terkait jaket, Rico mengamininya. Menurutnya, penggunaan seragam (jaket) sangat diperlukan untuk memudahkan saat menjemput pelanggan. “Jika tidak menggunakan atribut, takutnya dari custumernya, kita disangka bukan Gojek,” katanya.

Demi keselamatan, Rico juga menyebut perangkat lainnya, seperti helm, sarung tangan dan sepatu wajib digunakan. “Sepatu itu wajib,” tegasnya.

Alat keselamatan lain yang sebenarnya sangat diperlukan adalah P3K. Sayangnya, hanya sedikit driver yang melengkapi diri dengan P3K. Alasannya, pihak perusahaan tidak menyediakan dan seandainya mengalami luka, mereka masih bisa ke warung untuk meminta plester.

Rohman membenarkan hal itu. Ia tidak meyediakan P3K di motornya, karena menurutnya, driver GoFood minim mengalami kecelakaan.

“P3K belum saya sediakan, karena saya mainnya di food (makanan). Jadi pas luka sedikit atau kaki kegores aspal, mending ke warung, beli handsaplast atau es batu.” paparnya.

Sementara Irvan, ia tidak ingin coba-coba untuk urusan keselamatan. Dia selalu mempersiapkan segala sesuatu dengan matang, termasuk P3K. Baginya, lebih baik mencegah dari pada mengobati.

“Keselamatan di motor saya siapkan betadine dan obat-obat sederhana, namanya kita di jalan,” katanya.

Meskpun P3K tidak disiapkan oleh perusahaan, Irvan justru mengambil langkah maju melalui inisiatif sendiri. Dia menyediakannya kain kasa steril, cairan antiseptik, pinset, gunting, plester luka dan obat-obatan pribadi.

“Ini lebih kepada kesiapan pribadi. Karena kita kerja di luar, jadinya lebih hati-hati aja. Beda dengan mereka yang di kantor,” terangnya.

VP Corporate Affairs Gojek Indonesia Teuku Parvinanda. (sumber: IG @teukuparvinanda)

Menanggapi hal itu, VP Corporate Affairs Gojek Teuku Parvinanda mengatakan, Gojek telah menyiapkan fitur terkait keamanan bagi mitranya. Pada aplikasi, telah tersedia fitur ‘Tombol Darurat’ dan ‘Bagikan Perjalanan’.

“Melalui fitur-fitur ini, Gojek dapat merespon dengan cepat laporan darurat yang dibuat,” ujarnya. Hal itu sekaligus memungkinkan pengguna untuk membagikan informasi perjalanan kepada kerabat mereka.

Patuhi Lalu Lintas

Selama menjadi driver online, Rohman selalu mematuhi aturan lalu lintas yang berlaku. Ia tidak akan ngebut, kecuali situasinya benar-benar perlu.

“Jika situasinya benar-benar urgent, terpaksa ngebut juga. Mau gak mau. Tapi selama ini sih, tidak. Jarang saya ngebut,” katanya.

Banyaknya driver yang nekad tancap gas, menurut Rohman, lebih karena mengikuti permintaan penumpang. Mungkin karena situasinya yang terburu-buru.

Urgent itu biasanya ditentukan oleh customer. Tetapi driver bisa menjelaskan demi keselamatan. Sangat bisa, karena kita driver,” terangnya.

Namun di satu sisi, pelanggan adalah raja. Kondisi demikian yang membuat driver pada situasi serba salah. “Ancamannya ada di rating pengemudi.”

Terkait pelanggaran lalu lintas, Rohman mengaku pernah melakukannya. Saat itu, dia menerobos lampu merah dan mencoba masuk ke jalur transjakarta.

“Saya pribadi sering lewat jalur busway ketika pagi-pagi dan tidak membawa penumpang, demi mengejar waktu,” kilahnya.

Adapun menerobos lampu merah, dilakukan bukan karena faktor kesengajaan. Menurut Rohman, dia tidak mengetahui jika lampu berubah merah.

“Gak usah ditanya itu mah. Jika diceritain tidak ada bagusnya. Terakhir itu, pas di Melawai sehabis antaran ke Kebayoran Lama. Pulang lewat lampu merah Melawai,” ujar Rohman.

“Saya tidak melihat lampu sedang merah. Hijaunya ke arah sebelah depan saya. Saya main lurus aja. Tahunya saya ditunjuk-tunjuk sama polisi,” imbuhnya.

Buntut dari peristiwa itu, ia dibawa ke pos dan ditilang. Sebuah pelajaran berharga dan mahal harganya. Dia juga harus mengikuti sidang di Pasar Rebo, Jakarta Timur, seminggu setelahnya. Sejak itu Rohman sangat berhati-hati. “Saya bayar tilang Rp150 ribu-an. SIM dibolongin, distaples,” ujarnya.

Berbeda dengan Rohman, Rico juga punya pengalaman unik, ketika pelanggan memintanya masuk ke jalur Transjakarta. Alasannya demi menghemat waktu. “Ada customer yang bilang, mas lewat jalur busway aja biar cepat,” katanya.

Biasanya, Rico langsung menolak demi keselamatan bersama. Jika dipaksa, dia akan menjelaskan tentang risiko yang harus ditanggung.

“Cuma pas ada polisi, customer mau tanggung jawab tidak? Jika kita kena tilang, mereka cuma bilang, ‘Maaf ya pak’. Bisanya cuma minta maaf saja,” papar Rico. Pengalaman menunjukkan, pelanggan yang demikian kebanyakan ingin segera tiba di halte transjakarta, stasiun kereta atau stasiun MRT.

Selain itu, Rico tidak akan melupakan peristiwa saat menerobos jalur Transjakarta. Kejadian itu terjadi sebelum dia bergabung dengan Gojek yang membuatnya ditilang polisi.

“Masuk jalur busway saya sudah trauma. Karena masuk jalur busway saya kena Rp250 ribu. Itu sekali-kalinya, waktu masih kerja sih,” ungkapnya

Belajar dari kesalahan itu, Rico tidak ingin mengulanginnya. “Apalagi di online, pengantaran tidak seberapa, justru mengeluarkan biaya ekstra kalo sampai ditilang polisi,” tuturnya.

Safety Riding

Sebelum diizinkan membawa penumpang, Rohman menuturkan, setiap calon mitra akan dibekali pengetahuan tentang keselamatan berkendara. Pelatihan safety riding namanya.

“Dari awal begitu bergabung telah diberi pelatihan. Kita diajarkan tentang budaya keselamatan di jalan raya,” katanya.

Ilustrasi mitra driver online yang mengedepankan safety riding demi keselamatan saat berkendara. (sumber: Gojek)

Menurut pria kelahiran Palembang itu, semua mitra Gojek telah memahami arti pentingnya keselamatan saat berkendara. Hanya saja, apakah mereka menerapkannya di kehidupan sehari-hari, semua tergantung individu masing-masing.

“Masa iya perginya untuk cari duit, pulangnya malah keluarin duit? Gak selamat pula,” ujarnya.

Senada dengan itu, Irvan menilai safety riding merupakan prinsip keselamatan yang harus diperhatikan. Prinsip penting yang harus dipatuhi saat berkendara. Sebisa mungkin, dia akan mengontrol laju kendaraan dan mematuhi rambu-rambu yang ada.

“Kalo terkait safety sejak awal sudah dijelaskan. Sebelum masuk ke Gojek, pasti safety riding dulu,” jelasnya sesaat setelah menerima notifikasi orderan di akunnya.

Sejak awal bergabung, Rico juga diperkenalkan dengan konsep safety riding. Secara umum safety artinya aman, sedangkan riding artinya berkendara. “Jadi bisa dibilang jika safety riding ini adalah berkendara dengan aman dan juga nyaman,” ungkapnya.

Dengan demikian, safety riding merupakan suatu bentuk perilaku berkendara yang aman dan nyaman. Kata Rico, aman dan nyaman ini dalam artian aman bagi diri sendiri dan juga bagi pengendara lain.

“Bisa dibilang safety riding merupakan sikap kita untuk mengkondisikan diri agar bisa mengendarai kendaraan dengan aman dan nyaman,” tegasnya. Saat ini, pusat pelatihan berada di Pondok Cabe (Jakarta Selatan) dan Keramat Jati (Jakarta Timur) yang berdekatan dengan Pasar Rebo.

Meskipun calon mitra telah terbiasa mengemudikan kendaraan roda dua, namun tak sedikit yang belum mengetahui hal-hal mendasar terkait keselamatan. Itu sebabnya, diajarkan kembali cara berkendara yang baik dan benar, termasuk mengatur kecepatan, sistem pengereman dan pengenalan kendaraan.

Rico menambahkan, “Jika kecepatan tinggi karena mengejar waktu, kita diajarin cara mengerem untuk menghindari bahaya.” Juga diajarkan cara memposisikan diri ketika mengerem mendadak dan cara aman menggunakan rem depan dan belakang.

Setelah itu, calon mitra akan mendapatkan pin tanda kelulusan. “Jika selesai mengikuti pelatihan dikasih pin safety riding. Pelatihannya seharian,” Jelas Rico.

Adapun instruktur safety riding berasal dari kalangan internal Gojek. Mereka merupakan pelatih bersertifikat yang ditugaskan khusus menangani Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).

Posko Aman J3K

Sejak pandemi Covid-19, pihak Gojek menyediakan Posko J3K (Jaga Kesehatan, Kebersihan dan Keamanan). Ditempat itu, para mitra bisa memanfaatkannya untuk mengecek suhu tubuh dan mendapatkan masker, hand sanityzer dan hair net secara gratis.

“Paling dekat lokasinya di Kemang Timur no.21, adanya di kantor pusat Gojek, samping KFC,” kata Rico.

Motor driver online yang tiba di Posko J3K (Jaga Kesehatan, Kebersihan dan Keamanan) diwajibkan untuk mengikuti desinfektan. (sumber: Gojek)

Jika sebelumnya, pengambilan masker, hair net dan hand sanityzer dilakukan sekali seminggu, saat ini disesuaikan dengan waktu tertentu. Pemberitahuannya pun melalui undangan.

“Kita disuruh datang berdasarkan tanggal yang ditentukan. Kebijakan itu berlaku sejak awal tahun ini,” ujarnya.

Sepengetahuan Rico, Posko J3K hanya ada di beberapa lokasi. Untuk wilayah Jakarta Selatan terdapat di Kemang Timur, sedangkan wilayah Depok adanya di Stasiun Depok Baru.

Penyediaan Posko Aman J3K merupakan wujud upaya berkelanjutan Gojek dalam memastikan mitra driver selalu berada dalam kondisi sehat dan kendaraannya senantiasa di-disinfeksi.

“Sehingga prinsip keamanan, kebersihan dan kesehatan bersama dapat dijaga untuk dapat memberikan layanan terbaik kepada konsumen,” terang Parvinanda.

Secara bertahap, para mitra diwajibkan untuk datang ke Posko Aman J3K. Dengan tetap menjaga jarak fisik (physical distancing), di posko itu, mitra akan mendapat tiga jenis layanan, yang dilakukan secara drive thru, yakni pengecekan suhu tubuh, pembagian healthy kit (paket kesehatan) dan penyemprotan kendaraan dengan disinfektan.

Menurut Parvinanda, pengecekan suhu tubuh mitra driver dilakukan secara berkala, minimal satu minggu sekali dan akan dicatat dalam sistem. “Pencatatan dilakukan untuk memastikan seluruh mitra yang bertugas, senantiasa dalam keadaan sehat,” ujarnya.

Protokol Gojek J3K yang bisa diakses melalui aplikasi, memudahkan mitra driver online dalam bekerja di masa pandemi. (sumber: Gojek)

Pembagian paket kesehatan dilakukan tiap bulan, di mana setiap mitra driver mendapatkan 1 paket yang terdiri dari masker dan hand sanitizer. “Sebelumnya jutaan masker, vitamin dan hand sanitizer telah didistribusikan kepada ratusan ribu mitra driver di 90 kota di seluruh Indonesia,” ungkap Parvinanda.

Selain itu, setiap kali mitra driver mengunjungi Posko Aman J3K, kendaraan mereka akan disemprot dengan cairan disinfektan.

Posko Aman J3K di Indonesia beroperasi di lebih dari 170 lokasi yang tersebar di kota-kota besar di Indonesia. Posko dioperasikan oleh petugas terlatih, termasuk diantaranya mitra driver yang tergabung dalam komunitas-komunitas. “Hal itu dilakukan untuk memperluas jangkauan layanan sekaligus memberikan pendapatan tambahan bagi mereka,” jelasnya.

Kelelahan Akibat Beban Kerja

Kelelahan akibat bekerja seharian merupakan hal yang sering dialami driver online. Kondisinya semakin parah, jika tidak dibarengi dengan waktu istirahat yang cukup. Hal itu terungkap dalam hasil survei yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian Perhubungan di lima kota (Jabodetabek, Bandung, Makassar, Surabaya, dan Yogyakarta) pada 4-7 Mei 2019 terhadap driver online.

Survei Balitbang Kemenhub menunjukkan driver ojek online yang bekerja antara 10 – 12 jam sangat banyak. (sumber: Kemenhub)

Diketahui jam beroperasi dalam sehari terbesar kisaran 10-12 jam (31,94 persen), tujuh sampai sembilan jam (23,29 persen), 12-14 jam (18,51 persen), lebih dari 15 jam (12,47 persen), empat sampai enam jam (11,75 persen) dan satu sampai tiga jam (2,04 persen).

Survei Balitbang Kemenhub menunjukkan jumlah pesanan dalam sehari terbanyak 5-10 kali. (sumber: Kemenhub)

Jumlah pesanan atau order dalam sehari terbanyak lima sampai 10 kali (40,22 persen). Kemudian berikutnya 11-15 kali (30,86 persen), 16-20 kali (16,05 persen), kurang dari lima kali (6,83 persen) dan 21-25 kali (4,27 persen).

Hasil riset tersebut diamini Rohman. Dalam sehari sedikitnya ia menerima 10 orderan, mengingat levelnya masih di kategori basic. Dengan pesanan sebanyak itu, di awal-awal bekerja Rohman kerap mengalami kelelahan. Untuk mengatasi hal itu, Rohman akhirnya membagi waktu antara bekerja dan istirahat.

“Jangan sampai kondisi badan ngantuk sampai drop. Itu yang paling utama,” katanya.

Setiap hari, Rohman bekerja sejak pukul 06.00 WIB, lalu berisitirahat pada pukul 14.00 WIB. Istirahat dilakukan selama 2-3 jam, sebelum melanjutkan bekerja hingga pukul 21.00 WIB.

“Jam dua sampai jam empat sore saya istirahat. Itu kalau saya, karena ngantuk gak bisa ditahan,” ungkapnya.

Rohman memilih pulang ke rumah, karena jaraknya yang tidak begitu jauh. Sementara bagi driver yang rumahnya jauh, kebanyakan memilih ke base camp.

Base camp itu bukan formal, tapi tempat tongkorongan biasa. Pos untuk mencari order,” jelasnya.

Dengan begitu, Rohman bisa menjaga ritme bekerja yang lebih baik, sekaligus menjaga pikiran tetap segar. Pun, membuatnya terhindar dari kecelakaan saat berkendara karena konsentrasi yang terjaga.

Sementara untuk membagi perhatian antara mengemudikan motor, membaca peta dan memperhatikan keselamatan penumpang, Rohman punya kiat tersendiri. Menurutnya, alat bantu holder sangat bermanfaat. Dengan alat itu dia menjadi fokus untuk mencari jalan.

“Saya pas lagi jalan biasanya pake holder. Saya sengaja beli biar pas ada orderan masuk, kelihatan,” ujarnya.

Ketika ada notifikasi, Rohman segera menepi. “Saya pasang sen kiri. Mau dimana pun jalannya saya akan berhenti. Asal jangan di jalan tol,” katanya.

Saat berkendara, Rohman tidak menggunakan earpiece demi memudahkan untuk memantau sekeliling. “Hanya volume hape saya gedein. Biar langsung tahu jika ada notif,” ungkapnya.

Dari sisi aplikator, Parvinanda menjelaskan bahwa Gojek telah menyiapkan fitur pengingat untuk beristirahat pada aplikasi mitra driver. Hal itu termasuk dalam pilar pencegahan.

Gojek memperkenalkan di mana mitra driver akan mendapat pemberitahuan setelah bekerja selama 8 atau 12 jam. “Ini penting untuk mencegah keletihan,” ungkapnya.

Selain itu, melalui notifikasi di aplikasi, Gojek juga senantiasa mengingatkan mitranya apabila kecepatan kendaraannya melewati batas yang dianjurkan. Ini sebagai upaya meminimalisir risiko di jalan raya.

Tiga Pilar Gojek

Komitmen Gojek dalam mewujudkan keamanan dan keselamatan, tercermin dalam penerapan tiga pilar yang mampu menawarkan solusi menyeluruh. Tiga pilar tersebut terdiri dari Pencegahan, Perlindungan serta Penanganan yang Sigap dan Responsif.

“Upaya pencegahan berfokus pada tindakan meminimalisir risiko yang dilakukan secara berkelanjutan,” terang Parvinanda.

Gojek merupakan jasa transportasi online yang cukup digemari oleh masyarakat Indonesia. (sumber: APJII)

Upaya pencegahan, dilakukan sejak proses yang paling awal, yaitu rekrutmen mitra. Di mana Gojek mewajibkan calon mitra driver untuk melengkapi dirinya dengan SKCK serta menerapkan syarat minimal usia dan kondisi kendaraan yang layak saat pertama kali mendaftar.

Gojek juga senantiasa melakukan sosialisasi Kode Etik Mitra yang wajib ditaati oleh mitra driver untuk memastikan tersedianya ekosistem layanan yang aman untuk seluruh pihak.

“Keterandalan mitra driver juga terus dijaga dan ditingkatkan dengan menjalankan berbagai program edukasi mencakup topik keselamatan berkendara, pencegahan kekerasan seksual, serta pengetahuan mengenai pertolongan pertama pada kecelakaan,” ungkap Parvinanda.

Dalam melakukan proses edukasi, Gojek didukung oleh mitra-mitra terbaik, pakar di bidangnya masing-masing. Seperti Hollaback! Jakarta, Palang Merah Indonesia, Aksi Cepat Tanggap (ACT), Rifat Drive Labs dan juga Korlantas Polri. “Materi pelatihan tersebut saat ini telah dapat diakses secara online kapan pun dan di mana pun, melalui aplikasi driver,” katanya.

Pilar selanjutnya yakni perlindungan, dijalankan untuk memastikan pengguna senantiasa merasa tenang dan nyaman saat mengakses layanan Gojek. Salah satu wujud pilar perlindungan adalah melalui penyediaan asuransi dan pengembangan fitur keamanan pada aplikasi. Perlindungan asuransi bagi layanan GoCar, diberikan dengan menggandeng Jasa Raharja.

“Sementara untuk layanan GoRide, Gojek menggandeng Allianz yang didukung oleh Pasar Polis,” ujarnya

Terkait fitur keamanan, pada aplikasi Gojek, telah tersedia fitur Tombol Darurat dan Bagikan Perjalanan. Melalui fitur-fitur ini, Gojek dapat merespon dengan cepat laporan darurat yang dibuat sekaligus memungkinkan pengguna untuk membagikan informasi perjalanan kepada kerabat mereka.

Sementara untuk penanganan yang sigap dan responsif, Gojek menyediakan unit darurat khusus yang siaga 24 jam, sehingga sigap merespon laporan dan memberikan bantuan bagi korban.

Di Jakarta, Medan, Palembang, Bandung, Surabaya, Yogyakarta dan Makassar, unit darurat khusus Gojek juga telah terintegrasi dengan layanan ambulans Gojek yang memberikan pertolongan medis awal sebelum penanganan lebih lanjut di rumah sakit.

“Dalam menangani kasus, unit darurat khusus bekerja sama dengan berbagai pihak untuk menawarkan bantuan yang menyeluruh mulai dari penelusuran laporan, tindakan medis, pemeriksaan fisik, pemulihan psikis dan trauma, hingga pendampingan hukum,” kata Parvinanda.

Membangun Budaya K3

Direktur Bina Kelembagaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Kementerian ketenagakerjaan Heri Sutanto menegaskan, sejak awal pemerintah telah proaktif merespons dalam bidang ketenagakerjaan, termasuk dengan pola kemitraan yang dijalankan Gojek.

“Melalui upaya pencegahan dan penanggulangan dan kesiapsiagaan dan keberlangsungan usaha dan agar dampak pandemi dapat dicegah dan diminimalisir,” katanya.

Survei Kementerian Ketenagakerjaan di 21 provinsi menunjukkan banyak pekerja yang mengalami sakit akibat terpapar Covid-19. (sumber: Kementerian Ketenagakerjaan)

Pekerja pada masa pandemi ini, merupakan kelompok yang rentan tertular Covid-19 yang akan memberikan dampak pada kondisi kesehatan pekerja dan kondisi hubungan industrial. Tidak terkecuali dengan driver online.

Peran mitra driver Gojek terbukti sebagai urat nadi logistik dan perekonomian masyarakat di saat pandemi. Kehadiran mereka sangat diperlukan, meskipun ditengah kekhawatiran akan terpapar Covid-19.

Beruntung, Gojek menekankan tiga area penting dalam upaya mencegah penyebaran virus corona dan mengajak ratusan juta individu dalam ekosistemnya yang terdiri dari mitra driver, mitra usaha, merchant, karyawan serta masyarakat luas, untuk bersama-sama saling menjaga satu sama lain.

“Tiga area penting untuk mencegah penyebaran virus yaitu pembatasan jarak sosial (Social Distancing), mempraktekkan gaya hidup sehat dan menjaga produktivitas,” kata Parvinanda.

Bahkan, untuk mendukung mitra driver dalam menjaga produktivitasnya, Gojek menjadi aplikasi on-demand pertama di Indonesia yang meluncurkan skema bantuan pendapatan mitra driver yang positif terkena Covid-19.

Tingginya potensi driver online yang terpapar Covid-19 menjadi cerminan sesuai hasil survei yang digelar oleh Kementerian Ketenagakerjaan di 21 provinsi. Temuannya cukup mengejutkan, karena diketahui banyak pekerja yang mengalami sakit akibat terpapar Covid-19. Jumlahnya mencapai 280.729 orang. Tak hanya itu, sejumlah 4.156 perusahaan melakukan PHK karyawan akibat Pandemi Covid-19.

“Juga terdapat 72.983 pekerja yang mengalami PHK dan Sebanyak 3.191 pekerja yang meninggal dunia akibat Covid-19,” ujar Heri.

Selain itu, pekerja di tempat kerja juga berhadapan dengan berbagai potensi bahaya yang menyebabkan risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Untuk itu, pekerja harus mendapatkan perlindungan, khususnya dalam hal keselamatan dan kesehatan.

“Sebagaimana diatur dalam UU Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, pada penjelasan pasal 86, dan pasal 3 Undang-undang No. 1 tahun 1970,” paparnya.

Memperhatikan kondisi itu, semua pihak harus mengantisipasi secara serius dan tepat serta meningkatkan kewaspadaan terhadap pandemi dengan mengambil langkah-langkah segera, strategis, sistematis dan efektif.

“Langkah itu sebagai tindakan pencegahan dan penanggulangan di tempat kerja yang terintegrasi dengan Budaya K3 di tempat kerja,” terangnya.

Pentingnya budaya K3 ditegaskan oleh Abdul Hakim, Manajer Proyek Covid-19 International Labour Organization (ILO) Indonesia. Menurutnya, budaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) tidak mungkin bisa dibangun tanpa penerapan K3. Gojek menjadi salah satu contoh entitas bisnis yang telah menerapkan hal itu.

Itu terbukti ketika Gojek menerapkan protokol J3K (Jaga Kesehatan, Kebersihan dan Keamanan) untuk memastikan berbagai bagian dalam ekosistem Gojek dapat terus diandalkan dan beroperasi senyaman mungkin. Mulai dari mengantar bepergian, mengantarkan makanan, hingga memastikan kebutuhan sehari-hari masyarakat terpenuhi.

Sehingga basis utamanya, pekerja perlu mengenali bahaya atau risiko, mengenali sistem manajemen K3 dan tahu cara-cara mengelola bahaya. “Mulai dari eliminasi bahaya, substitusi bahaya, pengendalian kontrol dan sampai kepada yang paling mahal dan paling ribet yaitu penyediaan alat pelindung diri,” ungkapnya

Selain itu, pekerja juga harus memahami dengan baik soal kebersihan, kerapihan, kedisiplinan, karena itu merupakan bagian dari pengenalan dan penerapan K3. “Jadi penerapan pengenalan dan penerapan K3 adalah langkah pertama untuk membangun budaya K3,” jelasnya.

Setelah itu, kebiasaan yang baik terkait K3 harus diwariskan dan diperbaiki. “Kebiasaan itu tidak hanya karena kita punya pandangan, karena kita punya pengetahuan, tapi karena kita tahu itu bahwa itu baik, dan pandangan itu meresap dan terinternalisasi di dalam diri dan pemikiran,” kata Hakim.

Jika K3 belum menjadi budaya, maka dampaknya sangat mengerikan. Kecelakaan kerja akan tinggi dan penyakit akibat kerja juga akan tinggi. Oleh sebab itu, Hakim mengingatkan tentang pentingnya pengembangan K3 melalui layanan penilaian risiko dan peningkatan budaya K3.

Namun dibalik semua itu, sistem K3 hanya bisa tumbuh dengan baik karena adanya komitmen dari level manajemen. “Maka pimpinan harus memiliki komitmen yang tinggi. Tanpa itu tidak mungkin budaya K3 tumbuh dengan baik,” ujarnya

Selain itu, partisipasi pekerja/buruh juga yang memainkan peran penting dalam mengenali dan mengidentifikasi bahaya, berkontribusi pada penilaian risiko yang terinformasi dengan baik dan konteks spesifik.

“Juga merencanakan tindakan pencegahan yang efektif dan menerapkan langkah-langkah pencegahan dan mitigasi,” katanya.

Di sisi lain, pemerintah memegang peranan paling penting dalam melakukan pengawasan K3 yang efektif dan efisien (pembinaan, pemeriksaan, pengujian dan penyidikan). “Kami melihat model pengawasan secara daring lebih memudahkan dalam melakukan pembinaan supaya bisa meningkatkan banyak hal,”  ujarnya.

Lebih banyak tindakan nyata diperlukan untuk menghadirkan budaya K3  menjadi kenyataan bagi semua pekerja/buruh, termasuk juga mereka yang bekerja berdasarkan aplikasi. “Bukan sekedar ritual, slogan atau sesuatu yang sifatnya project sesaat atau kegiatan rutin belaka,” pungkasnya.

Soal itu, Gojek telah membuktikannya. Demi kesehatan dan keselamatan dalam upaya bersama menekan penyebaran COVID-19, perusahaan tekonologi yang melayani angkutan melalui jasa ojek itu telah menghadirkan Posko Aman J3K dan menyampaikan edukasi secara rutin kepada mitra driver gojek. (end)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *