Foto: Rita Uli Hutapea/detikcom |
JAKARTA, BISNISASEAN.COM- China terus bergerak untuk mewujudkan ambisi besarnya menciptakan Belt and Road Initiative (BRI) atau “Inisiatif Sabuk dan Jalan’. Proyek kunci untuk mengimplementasikan BRI dan membangun komunitas China-ASEAN yang lebih erat dengan satu tujuan adalah China-ASEAN Information Harbor.
Ini merupakan langkah penting untuk mewujudkan tiga peran strategis wilayah otonomi Guangxi, yang salah satunya adalah menjadi jalur utama yang menghubungkan negara-negara ASEAN. Proyek ini bertujuan memperkuat konektivitas informasi antara China dan negara-negara ASEAN, yakni dengan membentuk pusat informasi China-ASEAN dengan Guangxi sebagai poros, juga membangun Jalur Sutera Digital yang menghubungkan China dengan negara-negara ASEAN.
Pada April 2016, Dewan Negara China secara resmi mendukung Rencana Pembangunan China-ASEAN Information Harbor, dan secara jelas mendefinisikannya sebagai pusat informasi yang berbasis di Guangxi dan basis informasi industri yang melayani China Barat daya dan Selatan serta negara-negara ASEAN.
Dalam rencana itu juga disebutkan bahwa China-ASEAN Information Harbor Co., Ltd (disingkat CAIH) merupakan badan yang bertanggung jawab atas operasi proyek China-ASEAN Information Harbor.
“Presiden Xi Jinping telah mengatakan, China-ASEAN Information Harbor penting untuk membangun “Sabuk dan Jalan”, ini akan membantu negara-negara sekitar “Sabuk dan Jalan” untuk membuat kebijakan komunikasi, pembangunan infrastruktur, menghubungkan perdagangan bisnis, berinvestasi modal dengan mudah dan agar orang-orang berkomunikasi dengan cepat,” kata Ying Li, General Manager Departemen Kerjasama Luar Negeri CAIH pada Rabu (31/10/2018) seperti dikutip dari Detik Finance.
|
Ying Li menjelaskan berbagai proyek yang tengah dibangun maupun yang telah selesai dibangun oleh CAIH, termasuk stasiun pusat kabel bawah laut internasional yang akan dibangun di Teluk Beibu, Guangxi. Ini dibangun untuk mewujudkan hubungan informasi antara China dan negara-negara ASEAN serta negara-negara lain di dunia.
“Kami juga akan membangun tiga kabel komunikasi bawah laut internasional di sekitar ASEAN, juga 10 kabel fiber optik darat internasional dan pusat-pusat data yang besar,” ujar Ying Li.
Ying Li juga menyampaikan niat CAIH untuk mengajak perusaaan telekomunikasi Indonesia Telkomsel dalam proyek ini. “Dalam waktu dekat kami akan menawarkan kerjasama ini dengan Telkomsel,” tutur Ying Li.
Perlu diketahui, BRI merupakan Jalur Sutera abad 21 yang mengangkat visi globalisasi ala Cina. Proyek ini diumumkan Presiden Xi Jinping pada tahun 2013 dan mengajak negara lain untuk ikut terlibat.
Meski Belt and Road Initiative atau BRI (secara harfiah berarti ‘Inisiatif Sabuk dan Jalan’), namun yang dimaksud pemerintah China adalah sebuah koridor ekonomi yang menghubungkan dua-pertiga populasi dunia di 70 negara di dunia.
Jalur Sutera China ini akan mencakup wilayah darat dan laut. Jalur darat mulai dari China melewati Eropa Timur lalu berakhir di Eropa Barat.
Sedangkan jalur maritim akan melewati Vietnam, Malaysia, Indonesia, India. Dari Asia, Jalur Sutera akan melewati Afrika Timur yaitu menuju Kenya, Somalia dan melewati Teluk Aden, dan Laut Merah. Setelah itu, dari Afrika Timur akan berlanjut ke Afrika Utara melalui Terusan Suez dan menuju ke Italia.
Untuk mewujudkan rencana ambisius Presiden Xi Jinping ini, dana yang dikucurkan sangat fantastis, mencapai triliunan dolar yang diperoleh dari pinjaman bank, negara-negara yang terlibat dan dari pemerintah China sendiri.(DF)