SURABAYA, BISNISASEAN.COM- Menghadapi tantangan ekonomi global masyarakat dituntut untuk mengantisipasi dan melakukan sejumlah persiapan. Tak terkecuali bagi mahasiswa harus mempunyai wawasan luas menyongsong era ekonomi digital.
Memahami kondisi makro dan kondisi global tentunya penting bagi mahasiswa bukan hanya untuk proses pembelajaran saja, tapi bagaimana untuk bisa masuk ke dunia praktisnya.
Hal itu terungkap dalam seminar bertema Global Business Management ‘ASEAN Politic & Economy Map In Digital Era’ yang digelar mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga di Aula Fajar Notonegoro, Senin (29/10/2018).
Dalam seminar itu juga menghadirkan tiga duta besar (dubes) untuk ASEAN, diantaranya HE. Amb. Tan Hung Seng dubes Singapura untuk ASEAN, HE. Amb. Min Lwin dubes Myanmar untuk ASEAN, dan dubes Indonesia untuk ASEAN HE. Amb. Ade Padmo Sarwono, serta Theo Lekatompessy yang merupakan presiden komisioner PT Humpus Intermoda Transportasi.
Dalam kesempatan ini tiga dubes itu juga memberikan wawasan bagaimana perkembangan ASEAN saat ini, mengingat memahami kondisi makro dan kondisi global tentunya sangat penting bagi mahasiswa.
Poin yang bisa diambil, tiga dubes yang hadir memberi wawasan dan masukan masa depan di era digital, termasuk juga kondisi politik ekonomi terutama perubahan teknologi.
Dikatakan HE Amb Tan Hung Seng, Dubes Singapura untuk ASEAN, saat ini ASEAN ini berada diantara kondisi politik dan ekonomi dua kutub, yakni Amerika dan China. “Di sini ASEAN berdiri mandiri untuk tidak berada di salah satu dua pihak itu, tapi jadi komunitas yang lebih independen,” paparnya.
Sementara, menurut Dr Gancar Candra Premananto SE MSi, Koordinator Prodi S2 Magister Manajemen yang juga panitia dalam acara itu mengatakan #, bila FEB (Fakultas Ekonomi dan Bisnis) Universitas Airlangga mendapat kehormatan dengan hadirnya tiga dubes ini.
“Di acara ini kita mendapat kehormatan dengan kedatangan beberapa dubes untuk ASEAN. Mereka memberikan wawasan kepada mahasiswa S1, S2 dan S3,” ungkapnya.
Ditambahkan Gancar, ke depan mahasiwa dituntut untuk bisa masuk ke dunia praktisnya. “Terutama untuk mahasiswa magister manajemen mereka kita ekspos dengan masalah globalisasi sehingga ada mata kuliah global bisnis manajemen,” imbuhnya.
Di situ mahasiswa dapat wawasan bagaimana berbisnis di pasar global. Bagi mahasiswa sendiri ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan dalam menyambut era digital, di antaranya mereka diperkenalkan bagaimanapun berkomunikasi dengan Bahasa Inggris menjadi suatu keharusan bagi kita untuk menjalin relasi dengan pasar global.
“Selain itu pemahaman terhadap kondisi makro baik kondisi ekonomi politik bukan hanya Indonesia saja secara regional tapi juga global internasional. Karena berbisnis kalau tidak pahami itu tak bisa jalan,” ungkapnya.
Satu hal lain yang diperlukan dalam menghadapi persaingan global adalah networking. “Kita harapkan dengan hadir di acara ini mereka punya network dengan para dubes,” katanya.
Sementara itu, dalam seminar kemarin juga hadir praktisi Theo Lekatompessy yang memberikan wawasan praktis bagaimana kondisi politik dan teknologi perubahan global yang terjadi itu turut mempengaruhi proses pengambilan keputusan bisnis. (tok/kun/BJ/BA)