Transaksi E-Commerce Indonesia Terbesar di Asia Tenggara

ASEAN Terkini Asia Tenggara Bisnis Asean Bisnis Digital Ecommercer Headline Indonesia News Startup Terkini Vietnam

JAKARTA, BISNISASEAN.COM– Bisnis ecommercer di Indonesia mengalami trend positif, hal terlihat dari posisi Indonesia menjadi negara dengan transaksi perdagangan digital terbesar di Asia Tenggara (ASEAN), bersaing dengan Vietnam.

Bahkan, dalam jangka waktu sebulan, nilai transaksi beberapa toko online terbesar di Indonesia mencapai lebih dari satu trilliun rupiah. Meski demikian, transaksi perdagangan digital RI masih berpeluang meningkat karena belum digarap secara optimal.

Ketua Umum Asosiasi Bisnis Digital, Wilson Partogi menyebutkan sekitar 54,6 persen penduduk Indonesia sudah terkoneksi dengan internet. Jumlah itu setara dengan 143,26 juta jiwa. “Jadi, pelaku usaha cukup manfaatkan pasar dalam negeri saja, pasar kita sangat besar,” ungkapnya dalam diskusi terkait ekonomi digital di Jakarta, Selasa malam (31/7).

Disebutkan Wilson, transaksi perdagangan online RI meningkat pesat. Karenanya, apabila pemerintah menyebutkan daya beli masyarakat turun, maka itu sulit diterima.

Pasalnya, penerimaan negara dari pajak penjualan justru meningkat 10 persen. Sebenarnya omzet perdagangan ritel offline itu dimakan e-commerce.

Disebutkannya, yang menjadi raja ritel baru sekarang ialah bukalapak, tokopedia. “Untuk tren bisnis online sudah tidak terbendung. Apalagi cost struktur untuk ritel offline itu sangat tinggi. Biaya ruko, gaji karyawan. Struktur cost itu yang ditekan dalam ritel online,” tegas Wilson.

Dijelaskannya, peritel, seperti Chairul Tanjung memprediksi dua tahun ke depan 30 persen bisnis konvensional bakal diambil e-commerce. Hal itu sejalan dengan target pemerintah yang menyebutkan transaksi online Indonesia mencapai 1.775 trilliun pada 2020.

Melihat tren bisnis online yang berpotensi meningkat, Wilson mengajak semua pelaku usaha berinovasi ke bisnis dalam jaringan (daring). Lebih bagus pula apabila dua-duanya ada, baik bisnis offline maupun online.

Namun, bila tidak disesuaikan dengan perkembangan zaman, bisnis apapun yang dijual secara offline bakal mati digilas perdagangan online.

Founder IYEI Indonesian Young Entrepreneurs, Christovita Wiloto seperti dikutip dari Koran Jakarta menegaskan saat ini merupakan momentum munculnya disruption atau gangguan pada dunia usaha. Massifnya perkembangan bisnis online meganggu bisnis konvensional.

“Untuk itu tinggal pilih saja perusahaan kita yang melakukan distruption atau perusahaan kita yang diganggu. Kita harus melakukan perubahan besar agar perusahaan kita dikenal banyak orang,”ungkap Wiloto.

CEO Astragraphia Xprins Indonesia, Sahat Sihombing menyebutkan 49 persen dari 143,26 juta pengguna internet di RI kelompok milenial. (KJ/BA)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *