|
Pasar Tasik Thamrin City (Foto: shopaholicandlife.com) |
BISNISASEAN.COM, JAKARTA – Tak dapat dipungkiri lagi, PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN), saat ini adalah perusahaan yang paling serius dan paling konkret dalam upaya mengembangkan perekonomian kerakyatan. Melalui unit usahanya, Trade Mall (TM) Agung Podomoro, perusahaan ini kini menaungi lebih 30.000 unit usaha kecil menengah (UKM), yakni para pemilik kios, penyewa kios, dan penyewa lapak dan konter lot di 8 trade mall di Jakarta dan 1 trade mall di kota Balikpapan, Kalimantan Timur.
“Agung Podomoro Land berkomitmen untuk mengembangkan ekonomi kerakyatan melalui trade mall-trade mall,” ujar Ho Mely Surjani, Assistant Vice President Marketing Trade Mall Agung Podomoro Land, di depan sekitar 200 anggota Himpunan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (HIPPINDO), di Hotel Pullman, Central Park, Jakarta Barat, Selasa (7/2).
Pada kesempatan lain Melly Surjani menerangkan, dengan rata-rata pengunjung di trade mall-trade mall yang dikelola TM Agung Podomoro 30.000 – 150.000 orang per hari, dan omset bisnis setiap tenant sekitar Rp 1 miliar per bulan, maka membuka usaha di TM Agung Podomoro sangat menguntungkan. “Kami menawarkan ruang kios dan toko di berbagai trade mall dengan harga khusus, agar sektor usaha kecil menengah di Indonesia bisa terus berkembang. Ditengah persaingan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) kita memerlukan brand-brand produk Indonesia yang kuat,” tambah Mely seperti dikutip dari Liputan6.com.
Adapun 8 trade mall di Jakarta itu; TM Blok M Square dan TM Mangga Dua Square yang merupakan trade mall untuk perdagangan umum, TM Lindeteves Trade Center (LTC) Glodok dan TM Plaza Kenari Mas Kratmat sebagai pusat perdagangan berbagai barang peralatan teknik (tools market), TM Thamrin City dan TM Seasons City Latumeten sebagai pusat perbelanjaan gaya hidup (trend mall), TM Blok B Pasar Tanah Abang sebagai pusat perdagangan grosir tekstil (textile market), dan TM Harco Glodok yang sedang dalam proses finishing bangunan dan akan mulai dibuka pertengahan tahun ini. Sedangkan TM Balikpapan Plaza di Kalimantan Timur merupakan pusat perdagangan grosir terbesar di Indonesia timur. Rata-rata trade mall diatas dihuni 2.700 – 5.000 kios dan lapak usaha kecil menengah, total sekitar 30.000 kios.
Berbeda dengan mall. Jika mall lebih berorientasi pada penyewaan ruang-ruang usaha oleh tenant-tenant besar untuk brand-brand terkenal, maka trade mall merupakan kumpulan kios-kios UKM dengan orientasi kepada kepemilikan ruang usaha melalui sertifikat strata tittle sehingga bisa menjadi jaminan usaha di bank. Dan berbeda juga dengan pasar tradisional.
Upaya dan komitmen untuk mengembangkan ekonomi kerakyatan melalui trade mall dari TM Agung Podomoro ini tidak main-main dan bukan lips service belaka. Selain mal pertokoan reguler, di semua trade mall yang dikelola TM Agung Podomoro diatas, juga telah berhasil dikembangkan sentra-sentra ekonomi baru yang mampu menggerakkan usaha kecil menengah, dan bahkan menciptakan pasar baru dengan omset bisnis besar.
Di TM Thamrin City misalnya, sejak 7 tahun lalu telah berhasilnya dikembangkan 2 ikonik sentra usaha kecil menengah, yakni Pusat Batik Nusantara dan Pasar Tasik yang melibatkan kurang lebih 1.400 pedagang batik dan lebih 2.000 pedagang fashion muslim. “TM Agung Podomoro sampai menjemput sendiri pedagang dan pengrajin batik ke daerah-daerah, dan kemudian diberi pengertian pentingnya membuka etalase usaha di pasar Jakarta. Akhirnya banyak pedagang batik yang mau membuka usaha di Pusat Batik Nusantara ini. Kini ada 20 sentra batik dari seluruh Indonesia yang sudah hadir di Thamrin City,” ujar Saiful CH, pemilik kios Batik Madura, di Lantai Dasar 1, TM Thamrin City. Saiful CH menceritakan pengalamannya menjadi anak asuh TM Agung Podomoro, dari semula ia tidak mempunyai kemampuan berdagang, hingga kini memiliki 5 kios Batik Madura di PBN Thamrin City setelah 7 tahun berdagang batik.
Upaya TM Podomoro itu diakui juga oleh Walikota Pekalongan, Ahmad Alf Arslan, atau biasa dipanggil Alex Sae. ”Mereka datang sendiri ke sentra-sentra batik di Pekalongan mengajak pengrajin agar membuka usaha di Jakarta. Kami melalui Dinas Koperasi dan Perdagangan ikut mempromosikan melalui pameran-pameran,” ujar Alex Sae melalui telepon, Jumat (10/2).
Pengalaman serupa juga dialami Rahmi, seorang pedagang di Pasar Tasik, Thamrin City. Pasar Tasik adalah pusat grosir pakaian dan fashion muslim yang melibatkan lebih 2.000 pedagang usaha kecil menengah, yang kebanyakan merupakan warga dari Tasikmalaya, Jawa Barat, sehingga disebut Pasar Tasik. “Dulu kami berdagang di jalanan Tanah Abang, kemudian diajak dan difasilitasi Thamrin City berdagang disini,” ujar Rahmi.
Pola serupa sepertinya telah menjadi model dalam pengembangan sentra-sentra bisnis usaha ekonomi kerakyatan yang dikembangkan oleh TM Agung Podomoro. Di Blok M Square misalnya, puluhan pedagang kuliner lesehan menempati teras utara gedung Blok M Square setiap malam. Mereka buka dari pukul 18.00 – 23.30, dan menjadi sentra kuliner lesehan malam yang terkenal dan didatangi ribuan penggemar di Jakarta Selatan. Menjadi sentra perekonomian kerakyatan baru, yang sebetulnya bukan menjadi lahan bisnis utama dari TM Blok Square.
“Dulu mereka berdagang di Jalan Melawai. Kemudian kami tawari, bagaimana kalau pindah kedalam area Blok M Square, daripada jualan di trotoar jalan yang gelap dan banyak lalu lalang orang. Dengan membuka lesehan di teras mal yang luas, pedagang dan pembeli bisa nyaman interaksi. Ternyata tawaran kami disambut, dan kini semakin berkembang,” ujar Mely Surjani.
Lain lagi cerita di TM Lindeteves Trade Center (LTC) Glodok, Jakarta Barat. Mulai beroperasi tahun 2006, semula mal setinggi 12 lantai seluas 2,8 hektar ini sepi-sepi saja. Upaya untuk mengajak para pedagang peralatan dan perkakas di sekitar kawasan Glodok untuk pindah kedalam mal sulit bersambut. “Butuh waktu lebih 5 tahun untuk mengundang UKM-UKM teknik mau pindah ke dalam mal ini. Kini, sangat ramai setiap hari,” ujar Ho Mely Surjani. Saat ini, sekitar 3.000 kios usaha kecil menengah menempati TM Lindeteves Trade Center Glodok. Setiap hari, 30.000 – 60.000 orang berkunjung untuk berbelanja genset, pompa air, mesin pabrik, peralatan perbengkelan, molen semen, mesin-mesin dapur dan alat kuliner, dan lain-lain.
Tidak hanya memberikan kesempatan kepada pengusaha-pengusaha UKM berdagang. Melalui perdagangan berbasis trade mall ini, kemudian juga berkembang brand-brand dan merek dagang baru. Di TM Blok B Pasar Tanah Abang misalnya, disini berkembang lebih dari 4.000 brand dan merek dagang. TM Blok B merupakan trade mall terbesar yang dikelola TM Agung Podomoro. Menempati gedung setinggi 12 lantai, bersebelahan dengan Blok A Pasar Tanah Abang, trade mall ini ditempati lebih dari 5.000 pedagang grosir.
Setiap hari dikunjungi 30.000 – 150.000 orang. Pusat perdagangan grosir fashion umum, tekstil, batik, dan pakaian muslim ini sangat ramai setiap hari. Puncak perdagangan 1 – 2 bulan menjelang Ramadhan hingga Hari Raya Idul Fitri. Ribuan pedagang pakaian dari daerah-daerah di seluruh Indonesia datang kesini setiap bulan untuk berbelanja pakaian. Trade mall terbesar di Asia Tenggara ini, lebih 90 persen brand dan merek pakaian yang dijual disini merupakan merek-merek lokal yang dikembangkan pengusaha UKM.
Beberapa berhasil menjadi brand yang kuat secara nasional, dan kemudian menjadi produk franchise. Seperti pakaian muslim merek Preview dan Kamilla, yang sedari awal dikembangkan dari TM Blok B Pasar Tanah Abang. Kini telah menjadi salah satu merek pakaian muslim terkenal di Indonesia. Juga merek-merek lain.
Berbisnis di Trade Mall Agung Podomoro bisa fleksibel sesuai kemampuan kita, kata para pedagang di TM Thamrin City. “Memang TM Agung Podomoro bisnisnya menjual kios. Tapi kalau kita belum mampu beli atau sewa kios, pedagang bisa menyewa dulu lapak-lapak di koridor-koridor mal yang lebih murah. Dan bagi yang masih baru, bisa membayar sewa untuk 4 bulan dulu, sambil test pasar. Jika produknya laku sewa bisa lanjut, atau stop,” ujar Ling, pengusaha kuliner di foodcourt Lantai 3, TM Thamrin City.
Menurut pakar ekonomi kerakyatan dari Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia, Dr. Nining Indroyono Susilo, komitmen TM Podomoro mengembangkan UKM melalui trade mall patut diapresiasi. “Masalah utama bisnis UKM pada aspek pemasaran, dengan memfasilitasi mereka berdagang di mal itu akan sangat membantu,” ujarnya melalui wawancara telepon, Jumat (10/2).
Ruang-ruang ritel di TM Agung Podomoro selalu bersih, nyaman, aman, AC-nya selalu dingin sepanjang hari, teratur, dan terkelola baik. Satpam dan pihak manajemen mall juga selalu memantau situasi perdagangan setiap hari, sehingga membuat suasana mal tenang dan nyaman buat berdagang. Fleksibilitas kontrak yang ditawarkan manajemen TM Podomoro bagi para pembisnis start–up, sangat membantu bagi berkembangnya pengusaha usaha kecil menengah yang biasanya sangat rentan dalam hal modal kerja awal.
Untuk memperluas jangkauan pasar para pengusaha UKM, TM Agung Podomoro pada semester kedua tahun 2017 ini, berencana akan meluncurkan start-up e-commerce Agung Podomoro. Melalui e-commerce ini para tenant di semua Trade Mall Agung Podomoro bisa mempromosikan eksistensinya dan memperluas jangkauan pasar melalui jalur online. ***
Wahyuana