Ilustrasi Asean Open Sky. Foto : Antara/Yusran Uccang |
Oleh : Wahyuana
Bisnisasean.com, Jakarta, – Pasar tunggal penerbangan Asean (Asean Open Sky) adalah kebijakan membuka wilayah udara intra sepuluh negara Asean, mulai berlaku 31 Desember 2015.
Melalui kebijakan ini, maskapai-maskapai penerbangan sesama negara Asean diberi kebebasan melayani penerbangan ke bandara-bandara internasional yang telah diakreditasi Asean Open Sky di seluruh wilayah Asean.
Dengan kebijakan ini akan membuat dunia penerbangan komersial di Asean lebih bebas, kompetitif, dan penuh persaingan.
Meski kebijakan ini akan merevolusi dunia transportasi dan industri penerbangan di Asean menjadi lebih liberal, namun hingga akhir 2015 ini, belum terlihat jurus-jurus atau kiat bisnis apa yang akan dilakukan oleh maskapai-maskapi Indonesia untuk memenangkan persaingannya.
Dengan kebijakan ini, pasar penerbangan Indonesia yang biasanya didominasi maskapai penerbangan nasional, akan dikerubuti dengan kehadiran banyak maskapai penerbangan Asean lain.
Menyebabkan persaingan bisnis semakin ketat, terutama pada segmen penerbangan berbiaya rendah (LCC/Low Cost Carrier) yang diisi banyak pemain. Perang tarif dan berbagai fasilitas penerbangan lain, tak pelak akan terjadi. Meski akan menguntungkan konsumen karena akan tercipta tarif tiket yang lebih rasional, namuan kualitas layanan menjadi taruhan.
Dari berbagai data yang kami himpun (lihat tabel), kini setidaknya ada 50 bandara internasional di kawasan Asean yang siap diikutsertakan program Asean Open Sky. Indonesia telah menyatakan akan membuka 5 bandara internasionalnya, yakni bandara Jakarta, Medan, Surabaya, Bali, dan Makassar untuk ikut serta dalam program ini.
Sedangkan dari sisi pelaku usaha, ada 12 maskapai penerbangan layanan penuh (full service) dan 21 maskapai penerbangan berbiaya rendah (Low Cost Carrier) yang akan berkompetisi memperebutkan kue pasar penerbangan Asean.
Dengan potensi pasar 604,8 juta penduduk Asean, arus angkutan penumpang penerbangan Asean tahun 2012 adalah sekitar 66 juta penumpang per tahun (CAPA,2012). Dengan angka pertumbuhan penumpang penerbangan rata-rata 6 – 8 persen per tahun, potensi pasar penerbangan Asean 2015 diperkirakan akan mencapai 80 – 90 juta penumpang. Lebih 50 persen pasar penerbangan Asean itu, merupakan penumpang yang berhubungan atau setidaknya melewati kota-kota di Indonesia.
Pasar penerbangan nasional Indonesia sendiri, domestik maupun internasional, selama tahun 2014 lalu telah mencapai lebih 100 juta penumpang, dan meningkat sekitar 10 persen di akhir tahun 2015.
Dari gambaran diatas, praktis Indonesia adalah penyedia pasar penerbangan komersial terbesar di Asean. Diperkirakan semua maskapai akan melirik pasar Indonesia. Kebijakan Asean Open Sky juga berlaku untuk arus kargo diantara sesama negara Asean. Persaingan akan sangat ketat.
Sesuai kesepakatan, liberalisasi pasar ini hanya akan dibuka hingga level kebebasan penerbangan (flight freedom right) ke-5, yakni maskapai hanya boleh melayani penerbangan dari bandara ibukota negaranya menuju ke 2 kota di 2 negara lain secara bersambung, dan kembali ke bandara penerbangan semula. Misal Thai Airways, yang dulu hanya boleh menghubungkan Bangkok – Kuala Lumpur atau Bangkok – Jakarta saja, dengan Asean Open Sky kini diijinkan terbang lintas kota di 3 negara seperti mengambil rute Bangkok – Kuala Lumpur – Jakarta/Medan – Bangkok.
Di pasar layanan full service, Garuda Indonesia yang kini telah mengantongi rating maskapai Bintang 5 dari Skytrax, akan bersaing dengan Singapore Airlines, Malaysia Airlines, dan Thai Airways. Dengan armada yang dimiliki Garuda Indonesia kini sekitar 129 pesawat berbadan lebar, Garuda Indonesia memang tak kalah dibanding para pesaingnya.
Namun, jika menelisik lebih jauh, terlihat Garuda Indonesia sangat ketinggalan dalam penguasaan rute Asean. Garuda Indonesia baru melayani rute penerbangan dari Jakarta menuju Bangkok, Singapura, Ho Chi Minh, Bandar Seri Begawan, dan Kuala Lumpur. Sangat sedikit jika dibandingkan dengan Singapore Airlines yang telah melayani penerbangan ke-10 ibukota negara Asean dan kota-kota lainnya. Demikian juga dengan Malaysia Airlines dan Thai Airways mempunyai rute penerbangan intra Asean yang lebih banyak daripada Garuda Indonesia.
Terlihat bahwa Garuda Indonesia belum menempatkan Asean sebagai prioritas. Citilink, anak usaha Garuda Indonesia, juga baru mempunyai 1 rute Asean yakni Surabaya – Johor Bahru.
Diantara maskapai-maskapai Indonesia, Lion Air Group tampaknya yang paling getol menggarap potensi pasar Asean Open Sky. Maskapai terbesar di Asean ini, tahun lalu telah membuka anak usahanya Lion Air Thailand guna semakin menancapkan kukunya di pasar domestik negeri Gajah Putih. Melengkapi anak usahanya Malindo Air yang telah lebih dulu beroperasi di Malaysia.
Tak tanggung-tanggung, Lion Air juga telah memesan 511 pesawat baru tipe Airbus 320 dan Boeing 737 untuk memperkuat armadanya, sebagian besar diproyeksikan untuk memperluas pasarnya di kawasan Asean. Bersaing dengan Air Asia grup di segmen penerbangan berbiaya rendah (LCC).
Lion Air dengan jumlah armada sekitar 107 pesawat, kini melayani penerbangan ke 22 kota Asean di Malaysia, Singapura, Thailand, dan Vietnam, merupakan maskapai penerbangan Indonesia yang paling siap berkompetisi di dalam pasar bebas penerbangan Asean Open Sky. ***
Tabel 1. Kota-kota/Bandara Asean Open Sky 2015
Negara
|
Kota/Bandara
|
Indonesia
|
Jakarta, Medan, Surabaya, Denpasar, Makassar
|
Brunei
|
Bandar Seri Begawan
|
Singapura
|
Singapura
|
Malaysia
|
Kuala Lumpur (Sepang), Penang, Langkawi, Batu Berendam, Johor Bahru, Kinabalu, Kuching
|
Thailand
|
Bangkok (Dong Muang & Suvarnabhumi), Chiang Rai, Hat Yai, Phuket, Pattaya, Udon Thani, Chiang Mai, Ko Samui
|
Filipina
|
Manila (Ninoy & Clark), Cebu, Davao, Mindanao, Metro Iloilo-Guimaras, Boracay, Ilocos, Palawan, Zubic, Zamboanga
|
Cambodia
|
Pnom Phenh, Siem Reap, Sihanoukville
|
Laos
|
Vientiane, Luang Prabang, Pakse
|
Myanmar
|
Yangon, Mandalay, Naypyidaw
|
Vietnam
|
Hanoi, Ho Chi Minh, Hai Pong, Nha Trang, Hue, Hai Pong, Da Lat, Chu Lai, Da Nang
|
Sumber: Bisnisasean.com, 2015
Tabel 2. Maskapai Layanan Penuh Asean
Negara
|
Maskapai
|
Rating Skytrax
|
Tipe Pesawat
|
Jumlah Pesawat
|
Indonesia
|
Garuda Indonesia
|
Bintang 5
|
ATR 72, Airbus 330,
Boeing 737, Boeing 777
|
114
|
Batik Air
|
Airbus 320, Boeing 737
|
26
|
||
Singapura
|
Singapore Airline
|
Bintang 5
|
Airbus 330, Airbus 380,
Boeing 777
|
109
|
Silk Air
|
Bintang 4
|
Airbus 320, Boeing 737
|
27
|
|
Malaysia
|
Malaysia Airline
|
Bintang 5
|
Airbus 330, Airbus 380
Boeing 777
|
92
|
Thailand
|
Thai Airways
|
Bintang 4
|
Airbus 330, Airbus 380,
Boeing 777, Boeing 787
|
78
|
Brunei
|
Royal Brunei Airlines
|
Bintang 3
|
Airbus 320, Boeing 787
|
10
|
Philippine
|
Philippine Airlines
|
Bintang 3
|
Airbus 320, Airbus 330,
Boeing 777
|
53
|
Vietnam
|
Vietnam Airlines
|
Bintang 3
|
Airbus 320, Airbus 350,
Boeing 777, Boeing 787
|
89
|
Myanmar
|
Myanmar Airways International
|
Bintang 3
|
ATR 72, Airbus 320
|
5
|
Cambodia
|
Cambodia Angkor Air
|
ATR 72, Airbus 320
|
6
|
|
Laos
|
Lao Airlines
|
ATR 72, Airbus 320
|
15
|
Sumber: Bisnisasean.com, 2015
Tabel 3. Maskapai Berbiaya Rendah Asean
Maskapai
|
Negara
|
Tipe pesawat
|
Jumlah pesawat
|
Lion Group
|
Indonesia
Thailand
Malaysia
|
Boeing 737, Boeing 747
|
107
|
Citilink
|
Indonesia
|
Airbus A320
|
21
|
Sriwijaya Air
|
Indonesia
|
Boeing 737
|
39
|
Air Asia Group
|
Malaysia
Indonesia
Thailand
Filipina
|
Airbus A320
|
179
|
Tiger
|
Singapura
Filipina
|
Airbus 319, Airbus 320
|
29
|
Jetstar
|
Singapura
Vietnam
|
Airbus 320, Airbus 330, Boeing 787
|
70
|
Firefly
|
Malaysia
|
ATR 72, Boeing 737
|
18
|
Nok Air
|
Thailand
|
ATR 72, Boeing 737
|
24
|
Orient Thai Airlines
|
Thailand
|
Boeing 737, Boeing 747, Boeing 767
|
17
|
Thai Smile
|
Thailand
|
Airbus 320
|
14
|
Bangkok Airways
|
Thailand
|
ATR 72, Airbus 320
|
29
|
Cebu Pacific
|
Filipina
|
Airbus 320, Airbus 330
|
55
|
Pal Express
|
Filipina
|
Airbus 320, Bombardier Dash 8
|
22
|
VietJet Air
|
Vietnam
|
Airbus 320, Airbus 321
|
21
|
Golden Myanmar Airlines
|
Myanmar
|
ATR 72, Airbus 320
|
3
|
Sumber : Bisnisasean.com, 2015