Thailand genjot investasinya di Asean

Bisnis Asean Brand Indeks News Thailand

Charoen Pokphand Foods. fftc.agnet.org
Bisnisasean.com, Bangkok, – Perusahaan-perusahaan Thailand semakin progresif menggenjot investasinya di kawasan Asean, untuk menyambut segera diberlakukannya liberalisasi pasar dalam wadah tunggal Masyarakat Ekonomi Asean, mulai 31 Desember 2015. 
Data dari Bank Thailand, selama Januari – September 2015, investasi senilai 242, 9 miliar Bath, atau sekitar Rp 92 triliun, telah disalurkan oleh perusahaan-perusahan Thailand keluar negeri. Sekitar 27 persen diantaranya, sekitar 64,75 miliar Bath, atau sekitar Rp 25 triliun, diinvestasikan di kawasan Asean. Naik pesat dari sekitar 23 miliar Bath investasi luar negeri Thailand di tahun 2005, dan hanya 13 persen, atau sekitar 3 miliar Bath yang disalurkan ke Asean.
Perusahaan-perusahaan Thailand telah menunjukkan trend yang jelas untuk fokus menggarap bisnis di kawasan Asean, memanfaatkan peluang pasar tunggal Masyarakat Ekonomi Asean, yang  menjanjikan liberalisasi perdagangan, investasi, dan tenaga kerja.
Perusahaan-perusahaan Thailand dengan brand kuat seperti Charoen Pokphand Group (agrikultur), Siam Cement Group (semen), PTT Group (energi), Siam Cement City (Semen), Thai Beverage Group (makanan dan minuman), Banpu Group (pertambangan dan energi), Ratchaburi Electricity Generating Induk (listrik), dan Thai Union Grup (seafood dan perikanan laut) adalah perusahaan- perusahaan besar Thailand yang progresif membuat ekspansi ke negara-negara Asean. Hampir semuanya telah memiliki kantor cabang di masing-masing negara Asean.
Mengikuti jejak mereka, perusahaan-perusahaan kecil dan menengah dari berbagai sektor industri juga telah menggelontorkan uang tunai untuk memperluas usahanya di kawasan, menyambut pemberlakuan kebijakan pasar tunggal Masyarakat Ekonomi Asean.
Sebagai contoh, Siang Pure Oil Group perusahaan kecil di bidang produksi minyak aroma therapi untuk SPA telah memperluas usahanya dengan membuka cabang di Kamboja; MK Restaurant akan membuka cabang di Indonesia, Malaysia, dan Singapura, mengikuti brandjaringan restoran Thailand yang sudah populer di kota-kota Asean seperti Black Canyon Coffee. Perusahaan jaringan restoran ala Thailand, Coca Restaurant, milik perusahaan Coca Holding International, yang merupakan anak usaha dari Coca Suki, juga telah membuka cabang baru di Laos, Kamboja, Vietnam, Singapura, Indonesia, dan Malaysia
Data dari Bank Thailand menunjukkan investasi Thailand ke negara-negara Asean terus meningkat selama 4 tahun terakhir. Dari 84 miliar Bath di tahun 2012, naik dari 69 miliar Bath di tahun 2011. Kemudian turun di tahun 2013 akibat ketidakstabilan politik Thailand, dan mencapai puncak di tahun 2014 sejumlah 100 miliar Bath.
“Stretegi bisnis kami adalah memperluas investasi di Asean dan luar negeri untuk mendorong pertumbuhan bisnis yang bisa berkelanjutan dalam jangka panjang,” ujar Kan Trakulhoon, CEO dari SCG Group, perusahaan manufaktur dibidang produksi semen, plastik, dan keramik, yang mempunyai tak kurang dari 20 anak perusahaan dan pabrik seman di berbagai kota di Indonesia, seperti PT Semen Jawa dan PT Semen Lebak. SCG juga punya pabrik semen di Kamboja, dan pabrik kertas di Vietnam.
Proyek-proyek investasi ini kebanyakan telah terwujud sejak sebelum pemberlakuan Masyarakat Ekonomi Asean pada 31 Desember 2015. PTT Group yang bergerak dibidang energi, memiliki target untuk menjadi pemimpin pasar petrokimia di Asean dengan cara memperluas investasinya di Brunei Darussalam, Laos, Indonesia, dan Singapura.
Somruedee Chaimongkol, direktur eksekutif dari Banpu Group yang bergerak di bidang pertambangaan dan energi, mengatakan perusahaannya akan memperluas investasi ke Laos untuk mengambil keuntungan dari potensi membangun pembangkit listrik negara. Penghasilan dari bisnis listrik ini akan membantu keuangan perusahaan ini mengatasi sedang suramnya bisnis pertambangan batu bara.

Vikrom Kromadit, pendiri dan direktur eksekutif dari Amata Corp, perusahaan pengembang kawasan industri, mengatakan perusahaaannya telah berinvestasi secara ekstensif di Vietnam.  Stabilitas politik Vietnam yang baik, banyak anak muda, dan orang-orang Vietnam yang suka bekerja keras, mendorong perusahaan ini berinvestasi disana. 

Lebih separuh dari daftar 50 perusahaan teratas pasar saham Thailand telah membuka cabang dan memperluas usahanya di Asean. Semua perusahaan itu menyadari pertumbuhan tidak bisa lagi hanya diharapkan dari permintaan domestik. Masyarakat Ekonomi Asean menawarkan kesempatan ekspansi, juga membawa tantangan persaingan yang makin ketat.
Myanmar akan menjadi sasaran investasi perusahaan-perusahaan Thailand berikutnya. Selain karena faktor kesamaan budaya, juga karena negara yang baru demokratis itu mempunyai lahan luas dan menyimpan kekayaan sumberdaya alam yang belum banyak digarap. 

Pitaya Phanphensophon, CEO Coca Holding International pemilik jaringan restoran Coca Restaurant, mengatakan ekspansi ke Asean akan menguntungkan perusahaannya, dan membantu mengatasi sengitnya persaingan di rumah sendiri (Thailand). “Kami akan memperluas investasi. Sementara itu, kami juga perlu berhati-hati dalam menangani kompetisi domestik, karena juga akan ada banyak perusahaaan dari negara Asean lain yang akan menginjakkan kaki disini (Thailand),” ujarnya.

Masyarakat Ekonomi Asean akan memudahkan investasi intra negara Asean, berkat perampingan peraturan dalam wadah tunggal ekonomi Asean, kata Vikrom, eksekutif dari Amata Group. ***

The Nation/Why

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *