Persipura Tidak Bisa Bertanding, Legislator PKS: Menpora Harus Bertanggung Jawab

Indeks News Persipura PKS Politik Slider Sport Terkini

 

Legislator Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) DPR RI asal Papua, Muhammad Yudi Kotouky.

JAKARTA, TERKINI.CO – Legislator Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) DPR RI asal Papua, Muhammad Yudi Kotouky, mendesak Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Imam Nahrawi untuk bertanggung jawab dan segera mundur dari jabatannya akibat bubarnya Persipura.
Sebagai putra daerah asli Papua, dirinya mengingatkan bahwa sepakbola bukanlah sekedar olahraga, tetapi juga sebagai seni dan sarana pemersatu anak bangsa. 
“Saya mewakili masyarakat dan putra daerah asli Papua, sangat kecewa atas keputusan Menpora membekukan PSSI sehingga dijatuhkan sanksi oleh FIFA akhir mei lalu.” kata Muhay sapaan Muhammad Yudi Kotouky di Jakarta, Rabu (10/6/2015).
Menurutnya, Persipura bubar karena tidak adanya kejelasan nasib kompetisi domestik dan masa depan mereka di AFC Cup 2015. Seperti diketahui, tim berjuluk Mutiara Hitam tersebut gagal bertanding di babak 16 besar AFC Cup 2015 akibat pemain asing tim tamu Pahang FA tidak mendapat visa dari pemerintah Indonesia. Pahang pun, akhirnya, balik pulang, setelah tiba di Jakarta dan enggan melanjutkan pertandingan melawan Boaz Solossa dan kawan-kawan.
“Apa dasar Menpora membekukan PSSI? Menpora Imam Nahrowi ngerti sepakbola tidak? dia sudah melangkah sangat jauh dalam soal ini, yaitu PSSI,” Geramnya, sebagaimana ditemui di ruang kerjanya di Ruang Fraksi PKS, Senayan, Jakarta
Apalagi, menurut wakil rakyat usia 34 tahun tersebut, kesebelasan Persipura bukan hanya kebanggan masyarakat Papua saja tetapi juga merupakan tim kebanggan masyarakat Indonesia, yang memiliki ikatan emosional bangsa Indonesia pula. Sehingga, jika Persipura maju berarti turut memajukan persepakbolaan dan membawa nama harum bangsa Indonesia di level internasional.
Politikus PKS yang duduk di Komisi II ini menambahkan, posisi Persipura di mata rakyat Papua bukanlah sekedar klub biasa. Persipura merupakan ikon kultural daerah.

“Papua ya Persipura, Persipura ya Papua. Tidak ada beda antara keduanya,” ucapnya.

Dirinya mengingatkan Menpora bahwa banyak pihak yang bergantung hidupnya dari Persipura. Sehingga, urusan Persipura bukan hanya menyangkut 11 orang pemain dan 1 pelatih, tapi juga ada banyak orang yang bertumpu harapan kepada Persipura
“Akibat bubarnya Persipura, bertambah lagi pemain, pelatih, wasit, official tim, pedagang, pebisnis, dan masyarakat yang bergantung hidupnya di dunia sepakbola.” Ungkap Muhay.
Tidak lupa, Muhay turut menyoroti soal adanya dugaan mafia di PSSI. Menurutnya, jika memang ada mafia di PSSI, Menpora harus tegas untuk menunjukkan secara transparan pelakunya

“Kami tidak bisa mengerti apa yang dilakukan Menpora. Apa dasarnya? jika dikatakan ada mafia, tangkap dan penjarakan seperti dilakukan FIFA. Jangan sampai kebijakan diambil karena anti dengan orang tertentu, itu bahaya sekali,” tutup Muhay.(Wan)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *